Geliatnusantara.com – Kurang dari sepekan lagi, masyarakat akan memasuki momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023. Tentunya, untuk mengisi waktu libur tersebut masyarakat tidak akan menyia-nyiakannya. Apalagi di momen Nataru kali ini tidak ada pembatasan dari pemerintah. Sehingga dipastikan momen liburan kali banyak orang akan bepergian.
Kendati demikian, masyarakat juga harus waspada akan cuaca ekstrem selama momen Nataru. Pasalnya, dalam periode sepekan ke depan terdapat potensi signifika dinamika atmosfer yang dapat berdampak pada peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya selama periode Nataru. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
“Khusus untuk tanggal 24 Desember 2022, potensi siaga dari prakiraan berbasis dampak perlu diwaspadai di sebagian wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan,” ujarnya dalam keterangan persnya yang dikutip, Rabu (21/12/2022).
Dwikorita pun merincikan sejumlah wilayah dengan potensi siaga yang perlu diwaspadai berdasarkan platform informasi Prakiraan Berbasis Dampak BMKG. Untuk periode tanggal 21- 23 Desember 2022 sejumlah wilayah yang perlu diwaspadai yaitu, sebagian wilayah Aceh, sebagian wilayah Sumatera Utara, sebagian wilayah Riau, sebagian wilayah Jawa Barat, sebagian wilayah Jawa Tengah, sebagian wilayah Jawa Timur, sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur, sebagian wilayah Kalimantan Barat, sebagian wilayah Kalimantan Timur, sebagian wilayah Kalimantan Utara, sebagian wilayah Maluku, dan sebagian wilayah Papua.
Sedangkan untuk potensi hujan dengan intensitas signifikan atau berpotensi terjadi hujan lebat hingga sangat lebat yang perlu diwaspadai di beberapa wilayah selama periode 25 Desember 2022 – 1 Januari 2023 adalah wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Daerah-daerah ini berpotensi terjadi hujan lebat hingga sangat lebat selama periode 25 Desember 2022 – 1 Januari 2023.
Kemudian hujan sedang hingga lebat berpotensi terjadi di wilayah Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Selain itu, Dwikorita juga mengingatkan potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada periode 23 – 27 Desember 2022 yang perlu diwaspadai.
“Kategori tinggi gelombang 4,0 hingga 6,0 meter di Samudra Hindia selatan Banten, Samudra Hindia selatan Jawa Barat, Samudra Hindia selatan Jawa Tengah, Samudra Hindia selatan Jawa Timur, Samudra Hindia selatan Bali, Laut Natuna Utara, Selat Makassar bagian selatan,” ujarnya.
Sementara itu, lanjut Kepala BMKG, gelombang dengan kategori tinggi gelombang 2,5 hingga 4,0 meter juga berpotensi terjadi di Perairan Aceh, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Bali, Laut Sumbawa, Laut Flores, Selat Sunda, Perairan selatan Banten, Perairan selatan Jawa, Perairan selatan Bali, Perairan selatan Lombok, Perairan selatan Sumbawa, Perairan P. Sumba, Perairan barat Sulawesi Selatan, Selat Makassar bagian utara, Perairan Halmahera, Laut Arafuru bagian barat, Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat, dan Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Timur.
Agar mengantisipasi potensi cuaca ekstrem tersebut, Dwikorita pun meminta pihak-pihak terkait untuk melakukan persiapan. Pertama, memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.
Kedua melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.
Ketiga, melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang.
Keempat, menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian pemerintah daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung, dan gelombang tinggi).
Dan kelima, yakni lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antarpihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometeorologi.
“Masyarakat pengguna transportasi angkutan penyeberangan perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut,” imbuhnya.
Agar meningkatkan kewaspadaan selama periode Nataru tersebut, Dwikorita meminta semua pihak untuk terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.
“Informasi tersebut dapat diperoleh melalui website BMKG untuk prakiraan cuaca hingga level kecamatan, akun media sosial @infobmkg, aplikasi berbasis seluler di iOS dan android “Info BMKG”, serta call center 196 BMKG atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat,” pungkasnya.(LTY)