Menjaga Harimau Sumatera Tetap Mengaum

2037
foto: flickr

Sudah jadi takdir negeri ini dikaruniai keindahaan alam yang luar biasa serta kekayaan hayati berupa berbagai jenis flora dan fauna, yang hanya hidup di Indonesia.  Di Sumatera misalnya, ada jenis fauna yakni Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae), yang habitat aslinya memang hanya ada di Pulau Sumatera.

Satwa endemik Sumatera ini oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), Harimau Sumatera digolongkan sebagai hewan yang sangat terancam punah (Critically Endangered). Oleh IUCN, lembaga konservasi internasional ini, tingkat kepunahan Harimau Sumatera masuk dalam daftar Appendix 1. Artinya hewan ini baik dalam kondisi hidup atau mati serta bagian-bagian tubuhnya dilarang untuk diperjualbelikan secara komersial di seluruh dunia.

Masuk dalam dafatar Apenpendix 1 juga berarti konservasi atau upaya perlindungan dan pelestarian Harimau Sumatera, bukan hanya menjadi tugas Pemerintah Indonesia, namun juga sudah menjadi kewajiban dunia.

Keberadaan Sang Raja Hutan di habitat aslinya, di hutan-hutan Sumatera terus menyusut. Data terbaru (2019) yang disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) populasi dari panthera tigris sumatrae ini  tinggal tersisa 603 ekor. Dari populasi sebanyak itu, sekitar 50% nya berada di luar habitat aslinya. Jadi Harimau Sumatera yang ada di habitat aslinya seperti kawasan konservasi (hutan primer), hutan produksi dan hutan lindung, hanya sekitar 300 ekor saja.

Di Sumatera setidaknya ada 12 kawasan konservasi Harimau Sumatera (12 Tiger Conservation Landscape). Diantaranya Taman Nasional (TN) Gunung Leuser (Aceh dan Sumatera Utara), TN Bukit Tiga Puluh (Riau), SM Rimbang Baling (Riau), TN Kerinci Seblat (Jambi-Bengkulu-Sumatera Barat-Sumatera Selatan), TN Bukit Barisan Selatan (Lampung), dan TN Way Kambas (Lampung).

Berita Lainnya  Di Sumatera, BUMN Ini Bisa Menghemat Rp163 Milyar Per Bulan

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) juga mencatat di hutan-hutan yang berada di Kawasan Provinsi Jambi, terdapat sekitar 100 ekor  Harimau Sumatera dan di Sumatera Selatan, terdata ada sekitar 17 ekor.

Kawasan habitat asli Harimau Sumatera yang kian menyusut, membuat konflik antara Harimau dan Manusia ,akin sering terjadi. Banyak diberitakan masyarakat yang tingal di sekitar hutan diserang Harimau, hingga tewas. Sementara, Harimau yang mati kaena diburu juga makin banyak. Di sepanjang Tahun 2020 misalnya, ditemukan tak kurang dari 700 jerat harimau yang ditemukan di kawasan konservasi.

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, pada 2019 menarik untuk dicermati. Konflik antara manusia dan satwa ini sering terjadi ketika manusia masuk ke dalam habitat satwa liar tersebut. Serangan satwa liar itu bisa dari harimau, buaya muara, babi hutan, beruang madu dan gajah.

Pola penyerangan Harimau terhadap manusia ini sebenarnya memiliki pola yang sama. Layaknya hewan liar, Harimau hanya punya naluri untuk mempertahankan diri. Rata-rata korban yang tewas sedang berada di wilayah kawasan hutan lindung atau tempat-tempat khusus yang berada dalam habitat harimau.

Biasanya hewan tersebut menyerang karena merasa terusik dengan hadirnya manusia. Sehingga sebenarnya bukan satwa liar (harimau) yang menyerang, tapi manusia yang masuk, mengganggu habitat mereka.

Seperti diketahui aktifitas manusia di habitat asli harimau makin intensif. Penebangan pohon (illegal logging), kebakaran hutan yang disengaja, perburuan, pembukaan lahan baru dan area pemukiman. Semua aktifitas ini membuat, satwa liar ini terancam akan kehadiran manusia. Konflik pun tak terhindarkan.

Perlu kerjasama semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan juga Lembaga konservasi internasional agar keberadaan Harimau Sumatera dapat terus terjaga dan lestari. Apa yang terjadi dengan Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica) dan Harimau Bali (Panthera Tigris Balica) jangan sampai terulang. Keberadanya kini tinggal cerita, karena telah dinyatakan punah.(RED)

Berita Lainnya  Waspada Cuaca Ekstrem Selama Periode Nataru