Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam. Luasnya bentangan yang terdiri dari 17.500 pulau membuat negeri kita memiliki koleksi sumber daya alam paling komplit di dunia. Potensi itu meliputi hutan, laut, minyak bumi, gas alam dan batubara. Jika kita piawai memanfaatkan semua potensi semestinya tidak sulit untuk menggapai predikat negeri adil Makmur nan sejahtera.
Namun faktanya, selama bertahun-tahun Indonesia sulit meninggalkan garis kemiskinan. Salah satu penyebabnya, kita masih gagap memanfaatkan potensi tersebut. Ambil contoh dikomoditas batubara. Sebagai penghasil batubara terbesar kelima di dunia, ternyata Indonesia menjadi negara pengekspor batu bara terbesar. Ini terjadi lantaran masih minimnya pemanfaatan bahan bakar fosil di dalam negeri.
Saat ini Indonesia memiliki 37,6 miliar ton batu bara. Dengan total produksi 600 juta ton per tahun, hingga 20 tahun ke depan Indonesia masih menyimpan cadangan 24,8 miliar ton. Itu belum termasuk penambahan cadangan dari aktivitas eksplorasi yang terus dilakukan sampai kini.
Tidak ada acara lain, Pemerintah harus memberi perhatian lebih pada pasokan batu bara. Salah satu cara yang harus didahulukan tentu fasilitas infrastruktur demi memperkuat kebutuhan distribusi batubara untuk keperluan domestik maupun kepentingan ekspor.
Seperti disebutkan tadi, dengan kapasitas produksi batu bara yang telah ditetapkan pemerintah sebanyak 600 juta ton per tahun, pada tahun 2040 Indonesia masih menyimpan 24,8 miliar ton cadangan batu bara. Ini akan menjadi harta karun yang terbuang sia-sia jika infrastruktur jalur distribusi tak segera dibangun.
Sebagai ilustrasi, sebuah perusahaan pengelola batu bara di Sumatera Selatan (Sumsel) membutuhkan waktu tiga hari untuk mengantarkan produknya ke pelabuhan. Maklum jarak yang harus ditempuh mencapai ratusan kilometer. Jalan yang harus dilalui terlalu sempit. Dan kondisinya sangat buruk. Padahal jika infrastruktur dibenahi jarak tempuh yang dibutuhkan untuk mengantarkan batu bara maupun hasil bumi lainnnya, seperti kelapa sawit akan tuntas dalam hitungan jam.
Jika pembangunan jalan terwujud, kapasitas pengiriman batu bara diperhitungkan bisa meningkat tiga kali lipat dari kapasitas pengiriman saat ini. Dengan demikian permintaan dari negara eksportir seperti Cina dan India yang saban tahun selalu meningkat lebih mudah terpenuhi. “Saya kawatir cadangan itu tidak terpakai karena makin lama orang tidak lagi membutuhkan batubara, terrgantikan oleh sumber enerji lain,“ sahut seorang eksekutif perusahaan batu bara di Sumsel.
Sekadar informasi, sebelumnya industri batu bara di Sumsel mengangkut komoditinya melalui jalan umum. Namun sejak tahun 2018 Pemerintah Provinsi melarang truk-truk pengangkut baru bara melalui jalan umum.
Boleh jadi kebijakan itu menjadi salah satu sebab mengapa Sumsel yang sangat kaya akan minyak bumi, gas alam dan batubara masih sulit melepaskan diri dari masalah kemiskinan. Sesuai data Biro Pusat Statistik, 15 Juli 2020, Bumi Sriwijaya menempati peringkat 10 provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi.